Grafis Kreatif
DI antara sembilan seniman yang mengikuti pameran "90-an" karya Muhamad Darmawan Natsir atau MD Natsir menjadi karya yang berani menampilkan mix media. Pria kelahiran Gorontalo, 3 Februari 1983 itu membuat karya bertajuk "Comparison & Contrast". Karya yang Natsir ditampilkan merupakan perpaduan fotografi dan teknik seni rupa konvensional. Dia menyebut karyanya digital offset monoprint.
"Saat ini banyak irisan seni dan ilustrasi. Media untuk promosi diri sendiri juga sudah banyak, yaitu kebiasaan memotret kemudian diunggah ke media sosial. Saya berpikir kenapa tidak dikombinasikan karena saya suka memotret dan latar belakang saya seni grafis," tutur Natsir di Bale Tonggoh Selasar Sunaryo Art Space, Jalan Bukit Pakar Timur, Kota Bandung, Jumat (20/6/2014).
Natsir menceritakan, dari kecil dia suka menggambar. Kakaknya yang arsitek membuat jiwa Natsir untuk mendalami ilmu gambar makin besar. Saat kuliah, akhirnya Natsir mengambil jurusan seni grafis di Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Teknologi Bandung (FSRD ITB). Awalnya, Natsir berpikir grafis adalah desain, ternyata grafis merupakan cabang seni rupa tersendiri yang lebih menyenangkan jika dibandingkan dengan desain. Menurut Natsir, kalau desain berkarya sesuai pesanan, sedangkan grafis lebih bebas berekspresi dan bereksperimen.
Natsir mengaku, jalan sebagai seniman yang dia pilih awalnya berat. Namun, seiring sering mengikuti pameran dan banyak berkarya, Natsir membuktikan pada orangtuanya bahwa menjadi seniman itu bisa membuatnya hidup.
"Saya salah satu seniman yang enggak linear karena banyak ide. Saya ingin eksplorasi terus tapi akarnya tetap seni grafis," kata Natsir yang saat ini menempuh pendidikan S-2 di FSRD ITB dan menjadi asisten dosen di almamaternya.
(Windy Eka Pramudya/"PR")***
Pikiran Rakyat, KHAZANAH
SENIN (PON) 23 JUNI 2014
25 Saban 1435 H
Rewah 1947
DI antara sembilan seniman yang mengikuti pameran "90-an" karya Muhamad Darmawan Natsir atau MD Natsir menjadi karya yang berani menampilkan mix media. Pria kelahiran Gorontalo, 3 Februari 1983 itu membuat karya bertajuk "Comparison & Contrast". Karya yang Natsir ditampilkan merupakan perpaduan fotografi dan teknik seni rupa konvensional. Dia menyebut karyanya digital offset monoprint.
"Saat ini banyak irisan seni dan ilustrasi. Media untuk promosi diri sendiri juga sudah banyak, yaitu kebiasaan memotret kemudian diunggah ke media sosial. Saya berpikir kenapa tidak dikombinasikan karena saya suka memotret dan latar belakang saya seni grafis," tutur Natsir di Bale Tonggoh Selasar Sunaryo Art Space, Jalan Bukit Pakar Timur, Kota Bandung, Jumat (20/6/2014).
Natsir menceritakan, dari kecil dia suka menggambar. Kakaknya yang arsitek membuat jiwa Natsir untuk mendalami ilmu gambar makin besar. Saat kuliah, akhirnya Natsir mengambil jurusan seni grafis di Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Teknologi Bandung (FSRD ITB). Awalnya, Natsir berpikir grafis adalah desain, ternyata grafis merupakan cabang seni rupa tersendiri yang lebih menyenangkan jika dibandingkan dengan desain. Menurut Natsir, kalau desain berkarya sesuai pesanan, sedangkan grafis lebih bebas berekspresi dan bereksperimen.
Natsir mengaku, jalan sebagai seniman yang dia pilih awalnya berat. Namun, seiring sering mengikuti pameran dan banyak berkarya, Natsir membuktikan pada orangtuanya bahwa menjadi seniman itu bisa membuatnya hidup.
"Saya salah satu seniman yang enggak linear karena banyak ide. Saya ingin eksplorasi terus tapi akarnya tetap seni grafis," kata Natsir yang saat ini menempuh pendidikan S-2 di FSRD ITB dan menjadi asisten dosen di almamaternya.
(Windy Eka Pramudya/"PR")***
Pikiran Rakyat, KHAZANAH
SENIN (PON) 23 JUNI 2014
25 Saban 1435 H
Rewah 1947
No comments:
Post a Comment